MAKALAH
“PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA PADA REMAJA”
Mata Kuliah Psikologi Agama
Semester dua Tahun 2010
Kelas : PAI B
Dosen Pengampu : Drs. H. M. Maskub M.Pd.I
Di susun oleh :
Nama : Mizanul Akrom
Kelas : 2 PAI B
NIM : 2093475
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
Jln.Tentara Pelajar No. 55 B Telp. (0287) 385902 Kebumen 54312
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmannirrohim, puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT karena dengan izinnya kami dapat menyelesaikan makalah ini . Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umat manusia .
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu di STAINU Kebumen. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
· Bapak Drs.H. M. Maskub M.Pd.I selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan kepada kami
· Orang tua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu
· Rekan-rekan kelompok yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk menyusun makalah ini
· Rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang bersedia memberikan partisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Manusia pasti memiliki kekurangan seperti halnya dalam pembuatan makalah ini pun kami banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
KESIMPULAN ............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Para ahli psikologi memang belum sepakat mengenai rentang usia remaja, namun dalam bidang agama para ahli psikologi agama menganggap “bahwa kemantapan beragama biasanya tidak akan terjadi sebelum usia 24 tahun”. Jadi dilihat dari sudut pandang agama maka usia remaja beralangsung antara usia 13 – 24 tahun (zakiyah Darajat, 2003:85/Sururin, 2004:64)
Darimana rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seorang anak pada masa anak-anak. Apa yang telah diterima dan tumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan individu pada masa remaja melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya (Zakiyyah Darajat, 2003: 85-85).
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN RASA AGAMA PADA REMAJA
Belum tentu, disebabkan karena: Menurut W. Stabuck, pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan:
1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan (Zakiyah Darajat, 2003: 86). Menurut Peaget ”Perkembangan kognitif usia remaja bergerak dari cara berpikir yang konkrit menuju cara berpikir yang proporsional”. Berdasarkan pendapat ini, Ronald Goldman menerapkannya dalam bidang agama dengan membuat sebuha kesimpulan: “Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah menuju agama yang batiniah”.
Jadi, perkembangan kognitif memberi kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama “iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal (Sururin. 2004:67).
Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.
Kapan itu terjadi? Menurut Alfred Binet “Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada baru tampak pada usia 14 tahun”.
Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah berpikir logis. Dampaknya: “Remaja tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi dialam ini, sehingga segala apapun yang terjadi di alam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan”. Misalnya:
Ketika remaja melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan dalam masyarakat, maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan, padahal Tuhan Maha Kuasa.
Sebaliknya, ketika remaja melihat keindahan alam, keharmonisan dalam segala sesuatu, maka mereka akan menjadi yakin kepada Tuhan, bahwa Tuhan Maha Bijaksana.
Dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama yaitu:
1) Ide dan dasar keyakinan yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu menarik lagi.
2) Remaja sudah mulai kritis terhadap ajaran agama, dengan cara dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya atau mengkritik pendapat-pendapat yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya.
3) Remaja menjadi bimbang beragama (efek kecerdasan).
4) Remaja menerima ide-ide atau pengertian-pengartian yang abstrak dari tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan.
2
2. Perasaaan Beragama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama.
Misalnya: Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.
Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa penyesalan.
Kesimpulan: Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).
3. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya.
a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama.
b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis (Jalaluddin, 2002:75).
4. Perkembangan Moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja (Zakiyah Darajat, 2003: 97).
Pada masa remaja perkembangan moral bertitik tolak dari rasa bersalah dan usaha untuk mencari proteksi. Pada masa remaja Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral. Pada masa remaja, dorongan seksual bangkit dalam bentuk yang lebih jelas. Kondisi ini merupakan bahaya yang mengancam nila-nilai/norma yang dipatuhi remaja selama ini. Dari sini timbul pada diri remaja perasaan tidak berdaya dalam menghadapi dorongan yang belum diketahui dalam hidupnya dulu. Untuk mengatasi dorongan-dorongan naluri itu disatu sisi dan disisi lain adanya keinginan untuk mengurangkan hubungannya dengan orangtuanya dalam menghadapi kenyataan hidup menyebabkan remaja berusaha mencari pertolongan Allah (Zakiyah Darajat, 2003:100).
Tipe moral remaja berkaitan dengan jaran agama all:
Self-Directive: taat pada agama berdasarkan pertimbangn pribadi.
Submissive: Remaja merasakan adanya keraguan terhadap ajaran agama/moral.
Un adjusted: Remaja belum meyakini akan kebnaran ajaran agama/moral.
Deviant: remaja menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanam moral masyarakat (Jalaluddin, 2002:76).
3
5. Sikap dan Minat
Pada masa remaja sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat kecil, namun hal ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
6. Ibadah
Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap ibadah.
B. KERAGUAN DAN KONFLIK DALAM BERAGAMA
Bardasarkan penelitian yang dilakukan oleh W. Sturbuck yang meneliti mahasiswa Middle Burg College. Dari 142 remaja yang berusia 11-26 tahun, terdapat 53% yang mengalami keraguan tentang:
Ajaran agama yang mereka terima.
Cara penerapan ajaran agama.
Keadaan lembaga-lembaga keagamaan.
Para pemuka agama
Sedangkan terhadap objek yang serupa ketika diteliti khusus pada mahasiswa. Maka persentase yang mengalami keraguan itu mencapai 75% dari 95 orang mahasiswa.
Menurut analisis yang dilakukan W.Starbuck, keraguan itu disebabkan oleh factor:
1. Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir terhadap ajaran agama.
Bagi individu yang memiliki kepribadian yang introvert, ketika mereka mendapatkan kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan, maka akan menyebabkan mereka salah tafsir terhadap sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan. Misalnya: Ketika berdoa’a tidak terkabul, maka mereka akan menjadi ragu akan kebenaran sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang Tuhan tersebut. Kondisi ini akan sangat membekas pada remaja yang introvert walau sebelumnya dia taat beragama.
Untuk jenis kelamin
Wanita yang cepat matang akan lebih menunjukkan keraguan pada ajaran agama dibandingkan pada laki-laki cepat matang.
2. Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
Kesalahan ini dipicu oleh “dalam kenyataannya, terdapat banyak organisasi dan aliran-aliran keagamaan”. Dalam pandangan remaja hal itu mengesankan adanya pertentangan dalam ajaran agama. Selain itu remaja juga melihat kenyataan “Tindak tanduk keagamaan para pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti tuntutan agama”.
Kedua kondisi ini menyebabkan remaja menjadi ragu pada ajaran agamanya.
3. Pernyataan Kebutuhan Agama
Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah ada), namun disisi lain, manusia juga memiliki dorongan curiosity (dorongan ingin tahu).
Kedua sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari kebutuhan manusia yag normal. Yang menyebabkan pernyataan kebutuhan manusia itu berkaitan dengan munculnya keraguan pada
4
ajaran agama, yaitu dengan dorongan Curiosity, maka remaja akan terdorong untuk mempelajari/mengkaji ajaran agamanya. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-perbedaan atau terdapat ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya (konservatif) maka akan menimbulkan keraguan.
4. Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu untuk menerima kebenaran ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.
5. Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang dianutnya secara lebih rasional.
6. Percampuran Antara Agama dengan Mistik
Dalam kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang tanpa disadari ada tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh mistik dan praktek kebatinan.
Penyatuan unsur ini menyebabkan remaja menjadi ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik. Penyebab keraguan remaja dalam bidang agama yang dikemukakan oleh Starbuck diatas, adalah penyebab keraguan yang bersifat umum bukan yang bersifat individual.
Keraguan remaja pada agama bisa juga terjadi secara individual. Keraguan yang bersifat individual ini disebabkan oleh:
a. Kepercayaan
Yaitu: Keraguan yang menyangkut masalah ke-Tuhanan dan implikasinya. Keraguan seperti berpeluang pada remaja agama Kristen, yaitu: tentang ke-Tuhanan yang Trinitas.
b. Tempat Suci
Yaitu: keraguan yang menyangkut masalah pemuliaan dan pengaguman tempat-tempat suci.
c. Alat Perlengkapan Agama
Misalnya: Fungsi salib pada ajaran agama kristen
d. Fungsi dan Tugas dalam Lembaga Keagamaan
Misalnya: Fungsi pendeta sebagai penghapus dosa
e. Pemuka agama, biarawan dan biarawati
f. Perbedaan aliran dalam keagamaan
Dampak dari keraguan diatas, yang dialami remaja dalam bidang agama dapat memicu konflik dalam diri remaja.
Bentuk dari konflik itu “Remaja akan dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik dan yang buruk serta antara yang benar dan salah”.
Jenis-jenis konflik yang memungkinkan dialami remaja yaitu all:
a) Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
b) Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama atau antara dua ide keagamaan atau antara dua lembaga keagamaan.
c) Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekuler.
d) Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi.
5
Catatan:
Tingkat keyakinan dan ketaatan remaja pada agama sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi dalam dirinya.
Dalam upaya mengatasi konflik batin, para remaja cenderung untuk bergabung dalam peer groups-nya dalam rangka berbagi rasa dan pengalaman. Kondisi inipun akan mempengaruhi keyakinan dan ketaatan remaja pada agama (Jalaluddin, 2002:78-81)
C. MOTIVASI BERAGAMA PADA REMAJA
Menurut Yahya Jaya, motivasi beragama adalah: Usaha yang ada dalam diri manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu atau usaha yang menyebabkan seseorang beragama.
Menurut Nico Syukur, Manusia termotivasi untuk beragama atau melakukan tindak keagamaan dalam empat hal:
1.Didorong oleh keinginan untuk mengatasi frustasi dalam kehidupan, baik:
Frustasi karena kesukaran alam
Frustasi karena sosial
Frustasi karena moral
Frustasi karena kematian
2.Didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat
3.Didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu atau intelek ingin tahu manusia.
4.Didorong oleh keinginan menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Karena remaja masih belum stabil emosinya, maka di luar empat hal diatas, ada hal-hal lain yang memotivasi remaja untuk beragama/melakukan tindakan keagamaan:
1. Didorong oleh kebutuhan remaja akan Tuhan sebagai pengendali emosional dan nalurinya.
2. Didorong oleh perasaan takut atau perasaan bersalah.
3. Didorong oleh teman-teman sebaya dimana ia berkelompok (Sururin, 2004:72)
D. SIKAP REMAJA DALAM BERAGAMA
Pada masa remaja berbagai cara dilakukan mereka untuk mengekspresikan jiwa keagamaan itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman beragama yang dilaluinya. Ekspresi dan pengalaman beragama remaja itu dapat dilihat oleh sikap keberagamaannya, yang meliputi:
1. Percaya Ikutan-Ikutan
Sifat beragama yang ikut-ikutan ini biasanya hanya terjadi pada usia diantara 13-16 tahun, dan akan hilang jika pemikiran kritis remaja sudah berkembang. Karakteristik percaya ikut-ikutan ini meliputi:
Bersikap apatis dalam mengekspresikan ajaran/tindakan agama.
Tidak ada perhatian untuk meningkatkan penghayatan agamanya.
Tidak mau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.
Jadi secara umum dapat dikatakan remaja yang sikap keberagamaannya masih percaya ikut-ikutan dalam melaksanakan ibadah dan ajaran agama sekedar hanya mengikuti suasana lingkungan dimana dia hidup.
6
Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya sikap remaja beragama percaya ikut-ikutan all:
Jika semenjak kecil diberikan pendidikan agama dengan cara yang menyenangkan, yang jauh dari pengalaman-pengalaman pahit.
Pada saat remaja, mereka tidak mengalami peristiwa-peristiwa atau hal yang menggoncangkan jiwanya.
Kedua factor ini menyebabkan remaja tidak perlu meninjau kembali ajaran/tindakan keagamaan yang diterima dimasa kanak-kanak, sehingga cara beragama yang bersifat kekanak-kanakan masih terus berjalan.
2. Percaya dengan Kesadaran
Sifat beragama remaja yang percaya dengan kesadaran ini biasanya dimulai sekitar usia 16 tahun. Yang menyebabkan munculnya sikap beragama remaja yang percaya dengan kesadaran yaitu :
Meredanya kegoncangan yang dialami remaja sebagai dampak dari perubahan jasmani yang begitu cepat.
Hampir selesainya pertumbuhan jasmani.
Kemampuan berpikir yang sudah semakin matang.
Bertambahnya pengetahuan remaja.
Semua kondisi itu mendorong remaja untuk lebih memikirkan dirinya sendiri, ingin mengambil tempat dan menonjol dalam masyarakat, perhatiannya pada ilmu pengetahuan, agama dan masalah sosial semakin bertambah.
Karakteristik remaja yang percaya dengan kesaradan beragama yaitu:
Dalam diri remaja muncul semangat keagamaan yang dimulai dari munculnya kecenderungan remaja untuk meninjau kembali cara beragama yang diterima masa kecil dulu.
Remaja punya keinginan untuk menjadikan agama sebagai suatu lapangan baru untuk membuktikan kepribadiannya.
Semangat remaja sebagai dampak adanya kepercayaan dengan kesadaran ini muncul dalam dua bentuk:
a. Semangat agama dalam bentuk positif
Cirinya:
1) Remaja berusaha melihat agama dengan pandangan yang kritis.
2) Remaja tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal dalam masalah agama.
3) Remaja tidak mau mencampuradukkan agama dengan hal-hal yang bersifat khurafat/tahayyul.
4) Remaja menjauhkan bid’ah dalam masalah agama
5) Remaja akan menyerang adat kebiasan yang dipandang tidak masuk akan dan kurang sesuai dengan agama.
6) Remaja melontarkan kritik kepada pemimpin agama, yang mereka anggap kolot dan tidak mengikuti perkembangan zaman.
Intinya: Remaja ingin membersihkan agama dari segala yang mengurangi kemurnian agama.Tindakan/sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat keagamaan dalam bentuk positif ini yaitu: Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang positif ini akan terlihat berbeda satu sama lainnya.
7
Hal ini sesuai dengan kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh remaja bersangkutan.
1) Bagi remaja yang berkepribadian ekstrovert/terbuka
Cenderung menunjukkan aktivitas agamanya keluar, seperti:
o Melakukan kegiatan keagamaan yang bersifat sosial
o Melakukan perbaikan-perbaikan sosial dalam bidang agama
Cenderung bisa bergaul erat dengan orang yang berbeda agama atau aliran.
2) Bagi remaja yang berkepribadian introvert/suka menyendiri/tertutup
o Cenderung untuk mencari kepuasan dalam do’a, sholat dan ibadah lainnya.
o Tidak senang melakukan aktivitas agama yang besifat keluar/sosial
b. Semangat agama dalam bentuk negatif
Cirinya:
Cenderung mengambil unsur-unsur luar yang tercampur dalam agama, seperti: khurafat/tahayyul, bid’ah dan lain-lain.
Senang pergi dan percaya pada dukun, tempat-tempat tertentu atau jimat.
Menjadikan ayat-ayat sebagai jimat penangkal bahaya.
Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang negatif juga berbeda antara remaja yang berkepribadian introvert dengan remaja yang berkepribadian ekstrovert.
Bagi remaja yang introvert, aktivitas tersebut hanya dirinya sendiri.
Bagi remaja yang ekstrovert, aktivitas tersebut selain untuk dirinya sendiri, juga berusaha mengajak orang lain untuk mengerjakannya.
c. Percaya tapi Agak Ragu/Bimbang
Puncak kebimbangan remaja pada agama terjadi antara usia 17-20 tahun.
Disatu sisi remaja ingin tetap dalam kepercayaannya, tetapi disisi lain dalam dirinya timbul pertanyaan-pertanyaan sekitar agama yang tidak terjawab olehnya.
Faktor yang menyebabkan remaja bimbang pada ajaran agamanya
a. Keadaan jiwa remaja yang bersangkutan
Kebimbangan remaja itu mungkin disebabkan oleh kebebasan berpikir sehingga agama menjadi sasaran dari arus sekularisme.
b. Keadaan sosial serta kebudayaan yang melingkupi remaja tersebut
Kebimbangan remaja pada agama itu mungkin disebabkan oleh keadaan masyarakat yang dipenuhi oleh penderitaan, kemrosotan moral dan kekacauan.
c. Adanya kontradiksi antara kenyataan yang dilihat remaja dengan apa yang diyakininya
Kontradiksi itu meliputi:
Kontradiksi antara ajaran agama dengan ilmu pengetahuan
Kontradiksi antara nilai-nilai moral dengan tingkah laku manusia dalam kenyataan hidup.
Kontradiksi antara nilai-nilai agama dengan tindakan para tokoh agama, guru, pimpinan, orang tua, dan lain-lain.
Dari kebimbangan/keraguan diatas dapat menyebabkan dampak.Menurut Hurlock, dampak dari kebimbangan itu antara lain:
1. Bagi sekelompok remaja menjadi tidak taat beragama.
2. Bagi sekelompok remaja yang lain berusaha untuk mencari kepercayaan/agama lain yang dapat memenuhi kebutuhannya dari pada kepercayaan yang dianut keluarganya.
8
3. Bagi remaja yang tidak menemukan jalan keluar untuk menghilangkan keraguannya sesuai dengan ajaran agamanya, mereka akan cenderung menjadi ateistik/tidak percaya pada Tuhan/Agama.
Yang harus dilakukan agar remaja terhindar dari dampak negatif akibat dari kebimbangan tersebut adalah:
Menciptakan hubungan dengan penuh kasih sayang antara remaja dengan orang tua atau dengan orang-orang yang dicintainya.
Kelompok/Masyarakat harus mampu menciptakan kondisi yang mencerminkan ketekunan dalam menjalankan syariat agama. Hal ini akan menjauhkan remaja dari keingkaran karena merasa terikat oleh tata tertib/aturan masyarakat.
Remaja bersangkutan harus berjuang untuk mengatasi perasaan kebimbangan yang muncul terhadap Tuhan/Sifat-sifat Tuhan/Agama.
Catatan: Tidak semua remaja yang mengalami kebimbangan itu berakhir dengan keingkaran.
d.Tidak Percaya pada Tuhan atau Cenderung Ateis
Ketidak percayaan remaja pada Tuhan, pada remaja dibawah usia 20 tahun terwujud dalam bentuk: Protes atau tidak puas terhadap Tuhan, yang menyebabkan sikap tidak percaya pada Tuhan dimasa remaja yaitu:
a. Bersumber dari pengalaman pahit anak semasa kecil
Apabila seseorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua kepadanya, Kondisi ini menyebabkan timbulnya sikap mendendam dan menentang terhadap kekuasaan orang tua dan kekuasaan siapapun. Setelah usia remaja sikap menentang itu dialihkan kepada Tuhan.
b. Keadaan dan peristiwa-peristiwa yang dialami remaja, terutama kebudayaan dan filsafat yang melingkupinya.
Seperti:
Dalam masyarakat ada ide-ide dan keyakinan yang baru yang dapat menggantikan ide dan keyakinan remaja.
Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan keyakinan remaja.
Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan keyakinan agama yang dianutnya.
Catatan: Semakin bertambah kemampuan orang untuk mengetahui sebab akibat sesuatu, maka semakin berkurang orang akan kembali kepada Tuhan untuk menerangkan sesuatu yang tidak diketahuinya.
c. Dorongan seksual yang dirasakan remaja
Dorongan seksual yang tidak terpenuhi itu menyebabkan remaja menjadi kecewa. Apabila kekecewaannya berulang-ulang dan bertumpuk, maka akan tumbuh dalam dirinya rasa pesimis dan putus asa dalam hidup. Dalam kondisi seperti itu, lambat laun akan benci/marah kepada agama, kebiasaan dan nilai-nilai akhlak, karena agama, kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai akhlak menghalanginya untuk mencapai kepuasan seksual (Zakiyah Darajat, 2003:106-122, Sururin,2004:72-78)
9
KESIMPULAN
A. Perkembangan rasa agama pada remaja
1. pertumbuhan dan pikiran mental
2. persamaan dan agama
3. pertimbangan sosial
4. perkembangan moral
5. sikap dan minat
6. ibadah
B. Keraguan dan konflik keraguan Agama pada remaja
1. Kepribadian
2. Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka keagamaan
3. Pernyataan dan kebutuhan agama
4. Kebiasaan
5. Pendidikan
6. Percampuran antara agama dan mistik
C. Motivasi Agama pada remaja
1. Didorong oleh keinginan untuk mengatasi frustasi dalam kehidupan
2. Didorong oleh keimnginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat
3. Didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu
D. Sikap remaja pada agama
1. Percaya ikut-ikutan
2. Kesadaran
3. Percaya tapi agaj ragu-ragu atau bimbang
4. Tidak percaya pada tuhan cenderung pada atheis
10
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Bambang Syamsul Arifin M.Pd.I, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
http://www.psikologimania.co.cc/2010/04/perkembangan-jiwa-keagamaan-pada-masa.html
11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar