Minggu, 28 November 2010

ADIL GAK HARUS SAMA

Begitu kamu-kamu baca judul itu, pasti beragam ekspresi muncul. Mulai dari yang bener-bener ngeh, sedikit bingung tapi sambil manggut-manggut, sampai yang blank sama sekali meski jari telunjuk udah nangkring di kepala (duh, segitunya). Tenang aja gals, di CB edisi ini, kita bakalan kasih bahasan yang ok banget, makanya lanjuuuut…
Seringkali ketika kita ngomongin soal keadilan, pasti dalam benak kita cuman pembagian yang sama rata. Ibaratnya, kalo ortu kita baru pulang kondangan trus bawa dua kue yang harus dibagi bertiga ama sodara-sodara kita, biasanya masing-masing kue bakal dibagi jadi sepertiga, biar semua bisa ngerasain dengan adil, tul ga? Klo untuk urusan itu, mungkin kamu-kamu semua setuju. Tapi untuk kasus berbeda, prinsip itu ternyata ga berlaku. For example, kalo kamu yang udah kuliah disamain uang sakunya sama adek kamu yang baru masuk playgroup, masing-masing diberi selembaran uang bergambar imam bonjol. Dijamin, meski bukan pendekar, beragam jurus bakal kamu keluarin sebagai bentuk protes karena kamu merasa ortu ga adil. Betul apa bener??
Ngomongin soal kesamarataan, tau ga sih, kalo tema ini juga sedang gencar diopinikan oleh kaum feminis. Pastinya mereka bukan mo ngebahas soal pembagian kue yang sama rata antara kamu n sodara-sodara kamu, tapi mereka pengen agar kesamaan gender mewarnai kehidupan kita. Para pengusung ide gender itu beranggapan bahwa wanita dijajah pria sejak dulu (keroncong abiz nih ye…!) dan permasalahan yang terjadi pada kaum perempuan adalah akibat mereka dijadikan “kelas kedua”. So, menurut kacamata mereka, yang namanya perkosaan, trafficking (penjualan perempuan), kekerasan dalam rumah tangga, dan kawan-kawan, semata-mata terjadi karena generasi kartini dimarginalkan, dipinggirkan, direndahkan pokoknya melaaaaazz deh. Nah, karena pandangan itulah mereka rela capek-capek, mendaki gunung, menyebrang lautan, menerjang badai (hiperbola banget ya!) biar perempuan setara dengan laki-laki. Kalo kaum adam bisa jadi presiden, kaum hawa ga boleh kalah. Kalo petinju biasanya cowok, cewek jangan sampe ketinggalan. Sekalian kalo tukang becak selama ini didominasi pria, sekarang perempuan harus bisa narik becak (capek, deh…). Padahal apa iya solusi yang mereka tawarkan bener-bener bisa memecahkan persoalan perempuan? Ato jangan-jangan ide dan aktifitas mereka justru menimbulkan masalah baru?(Nah lho!!)
Sobat, dalam memandang masalah ini, kita emang wajib menggunakan akal sehat, pikiran jernih dan hati yang bening. Sebenernya masalah yang terjadi pada kaum perempuan ini, bukan semata-mata persoalan perempuan. Tapi ini juga persoalan laki-laki ato manusia secara umum. Coba deh kita kasih sedikit analisa dan buktinya. Pada kasus seorang hawa yang diperkosa, pasti banyak sekali faktor yang melatarbelakangi. Bisa jadi dia diperkosa karena pelakunya keseringan nonton vcd porno. Kamu pasti tau dong, dengan modal uang dan iman yang cekak, siapapun bisa ngedapetin plus menikmati vcd porno. Trus nafsunya terbangkitkan dengan “sukses”, sementara dia ga punya istri, maka terjadilah. Ato si perempuan mengenakan pakaian minimalis trus keluyuran malem-malem. Dia terbiasa bergaul bebas, dugem, sekaligus berpakaian “mengundang” biar ga ketinggalan tren yang penuh dengan aroma kebebasan. Kalo udah kayak gini, jelas ini bukan persoalan perempuan, tapi persoalan semua manusia, coba pemerintah lebih tegas melarang peredaran pornografi, coba kalo pergaulan bebas tidak dibiarkan merajalela pasti perkosaan ga akan terjadi, sepakat dong?!
Lagian ketika Alloh menciptakan manusia menjadi laki-laki dan perempuan, semua itu bukan asal, tapi pasti ada maksudnya. Sebagaimana firman Alloh, “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”(QS. Adz- Dzariyat: 49). Sama sekali Allah ga bermaksud untuk menjadikan perempuan sebagai manusia ke dua, apalagi mendiskriminasikan kaum hawa dan meninggikan kaum adam, tidak!. Tapi semata-mata agar kita semua mengingat kebesaranNya. Kebayang ga sih kalo di dunia ini semuuaaaaaaa cewek ato cuman ada cowooooook mulu, pasti boring banget kan. Makanya jangan buru-buru menelan ide gender mentah-mentah apalagi sampe ikut memperjuangkannya tanpa kita melihat masalah ini secara lebih mendalam.
Sebagai dien yang sempurna, Islam memandang kalo perempuan dan laki-laki adalah sama dari sisi manusia. Laki-laki dikarunia seperangkat potensi berupa akal, naluri dan kebutuhan jasmani, maka begitulah pula perempuan. Oleh karena itu, Allah memberikan hak dan kewajiban yang sama antara keduanya. Perempuan diperintahkan sholat, puasa, berdakwah, dan sebagainya, laki-laki juga diwajibkan hal yang sama. Tapi adakalanya Islam menetapkan hak dan kewajiban yang berbeda terkait kekhususan yang dimiliki oleh keduanya, baik dari sisi fisik maupun psikis. Wanita diberi tanggung jawab utama di ranah domestik sebagai ibu dan pengatur rumah tangga sedangkan pria diberi beban sebagai kepala rumah tangga yang bertugas melindungi dan memenuhi sektor domestik. Pembedaan itu bukanlah bentuk diskriminasi Islam pada perempuan. Tapi Allah menetapkannya tidak lain karena fitrah mereka masing-masing dan demi kemaslahatan manusia. Karena Alloh berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” So, bukan kelaki-lakian atau keperempuanan seseorang yang menjadikannya mulia, tapi only bin cuman ketakwaan saja. Kalo seorang pria mampu menjadi seorang pemimpin rumah tangga yang mengarahkan seluruh isi rumahnya menuju ridho dan surga-Nya, maka dia akan sama mulianya dengan seorang perempuan yang semaksimal mungkin membereskan rumah, mendidik dan menyayangi anak-anaknya semata ikhlas karena Allah.
Islam menjadikan perempuan menjadi mitra kaum adam, bukan saingan apalagi musuh. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kaum perempuan adalah mitra kaum laki-laki.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i). Beragam persoalan yang muncul sebenarnya karena sistem kapitalisme sekuler yang masih dipeluk erat dalam kehidupan kita. Pornografi dan pornoaksi masih tersebar bebas, karena sebagian menganggap hal itu menguntungkan secara materi. Begitu juga masalah pergaulan bebas, kemiskinan (yang menjadi motif trafficking), kekerasan, dan masih banyak lagi, semuanya akan terus mendera selama kita belum sadar dan segera memperbaikinya. Makanya, sebagai mitra, tugas ini juga wajib diemban oleh pria juga wanita. Bersama-sama mbangunin umat dari tidurnya, untuk kembali pada petunjuk-Nya (Islam) yang mampu menjadi problem solver segala permasalahan.

Jadi, sama gak selalu adil kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar