Rabu, 24 November 2010

KHAUF

 KHAUF .. Takut kepada Allah adalah rasa takut yang utama



Martabat manusia ditentukan oleh akhlaknya. Pematangan sikap pribadi berawal dari rumah tangga. Menanamkan perangai yang jujur.
Membentuk perangai umat harus dimulai dengan menanam sahsiah pada keluarga. Pembinaan rohani anggota keluarga dilaksanakan dengan agama. Dimulai dengan menanamkan rasa ”Khauf”
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka" (Q.S. As Sajadah: 16)
Kata khauf yang berarti takut, telah disinggung di dalam Al Qur’an sebanyak 134 kali, dan sinonimnya yaitu kata “Khasy-syah” yang juga berarti takut terdapat sebanyak 84 kali. Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia ini ibarat ruang ujian, yang harus ditempuh manusia. Firman Allah tentang hal tersebut:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Dialah Allah -- Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)

Rasa takut (Khauf) merupakan sifat kejiwaan dan kecenderungan alami yang bersemayan dalamhati manusia, dan memiliki peran penting dalam kehidupan kejiwaan manusia. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: “MAN KHAAFA AAMANA”, barangsiapa yang takut, aman!” Kalau kita tidak takut hujan, kita tidak akan sedia payung, bila kita tidak takut sakit kita tidak berupaya meningkatkan kesehatan kita.
Islam tidak memandang rasa takut yang ada dalam diri manusia sebagai aib yang harus dihilangkan. Namun demikian, rasa takut akan menjadi sesuatu yang buruk apabila seseorang tidak mampu mengatur dan menyalurkan rasa takutnya, apalagi bila rasa takut itu jadi perintang kemajuan, kebebasan dan kehormatannya.

Ali bin Abi Thalib AS, menasehati kita: “Kalau anda bertekad melakukan sesuatu, maka arungilah. Karena bayangan bencana terlihat lebih besar dari yang sebenarnya.” Jadi sesungguhnya menunggu datangnya bencana lebih buruk dari bencana itu sendiri. Karena lebih baik kita melakukan persiapan dan menyusun kekuatan bathin menghadapi sesuatu yang akan datang.

Al Qur’an telah menggambarkan rasa takut yang timbul pada jiwa para rasul dan hamba-hamba Allah yang shaleh, meskipun mereka adalah manusia pilihan yang terkenal suci dan bersih. Allah SWT berfirman:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلاَ تَخَافِي وَلاَ تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susukanlah dia, dan apabila kamu takut (khawatir) maka hanyutkanlah ia ke dalam sungat (Nil). Dan janganlah kamu takut dan (jangan pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul." (Q.S. Al Qashash : 7)

Takut (al khauf) adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang. Seseorang hanya merasa takut jika yang dibenci tiba yang dicinta sirna. Khauf merupakan salah satu syarat iman dan melaksanakan hukum-hukumnya.

Takut kepada Allah adalah rasa takut yang harus dimiliki setiap hamba. Karena rasa takut itu mendorong untuk meningkatkan amal kebaikan dan bersegera dalam meninggalkan semua yang dilarang-Nya. Rasa takut kepada Yang Maha Kuasa adalah salah satu pilar penyangga keimanan kepada-Nya. Dengan adanya rasa takut, timbul rasa harap (rajaa’) akan maghfirah (ampunan), ‘inayah (pertolongan), serta rahmat Allah dan ridha-Nya. Sehingga hakikat "iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin" benar-benar terpatri dalam qalbu seorang hamba.

Di saat manusia merasakan getaran rasa takutnya kepada Allah, maka saat itu berarti mereka memiliki rasa takut pula akan ancaman azab yang Allah sediakan bagi orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Ma’rifah (pengetahuan) akan sifat Allah akan mengantarkan ke dalam pengetahuan tentang azab-Nya.
Seorang hamba yang shaleh, berma’rifatullah, dan merealisasikan hakikat kehambaannya dengan senantiasa mengamalkan perintah-Nya dan mengamalkan pula semua ajaran rasul-Nya, pasti akan memilki rasa takut yang mendalam terhadap azab yang mengancamnya. Sikap ini akan melahirkan selalu waspada, sehingga tidak ada amal atau prilaku yang mengarah kepada hal-hal yang menjadikan Allah murka dan menjadikan dirinya durhaka kepada Allah. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” (Q.S. Az Zumar: 13)

Sesungguhnya rasa takut kepada Allah itu merupakan salah satu perangai yang diciptakan dalam diri manusia untuk memotivasi mereka dalam menyebarluaskan dan menjaga nilai-nilai Ilahy.
Orang yang benar dalam memposisikan rasa takutnya akan merasakan rahmat Allah, baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ المُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar